PEMBAYARAN ELEKTRONIK MASIH DI TAKUTKAN KONSUMEN

 Meski pembayaran elektronik sudah umum di era e-Commerce seperti sekarang, nyatanya masih banyak konsumen yang belum sepenuhnya percaya dengan sistem pembayaran ini. 

Setidaknya hal ini terlihat dari hasil studi MasterCard Safety and Security Index. Melibatkan 6.600 konsumen dan 100 pedagang mulai Januari hingga Mei 2015, studi yang dilakukan di Asia Tenggara dan Greater China ini, menyimpulkan bahwa mereka pencurian identitas dan berbagai penyalahgunaan kartu ATM menjadi dua masalah keamanan utama yang dikhawatirkan konsumen saat melakukan pembayaran elektronik. 

Sebanyak 42% konsumen di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) merupakan negara yang paling khawatir terhadap penipuan ataupun kecurangan terkait dengan penggunaan ATM, seperti pencurian kartu, penggandaan kartu maupun skimming. Sedangkan negara-negara di Greater China (China, Hong Kong, dan Taiwan) memiliki kekhawatiran terhadap hal yang sama sebesar 31%.

Konsumen di kawasan Asia Tenggara (35%) dan Greater China (32%) memiliki kekhawatiran yang tidak jauh berbeda terkait dengan pencurian identitas. Hal ini termasuk pencurian data personal seperti rincian data bank, identitas personal, alamat, dan tanda tangan yang dicuri melalui website. 

Pada kedua kawasan tersebut, diketahui bahwa kekhawatiran tersebut tidak berasal langsung dari pengalaman pribadi masyarakat, melainkan dari hasil pemberitaan mengenai pencurian tersebut di media massa.

Dalam indeks ini juga diungkapkan bahwa secara keseluruhan, konsumen di kawasan Asia Tenggara serta Taiwan dan Hong Kong merasa lebih aman untuk bertransaksi langsung di toko dibandingkan dengan pembayaran secara online


Meskipun demikian, China menjadi satu-satunya negara dimana para konsumennya merasa bahwa pembayaran online lebih aman dibandingkan dengan pembayaran langsung di toko, bahkan melebihi Singapura

Ketika berbicara mengenai transaksi online, hampir setiap konsumen di Greater China telah melakukan pembayaran online sejak tahun lalu. Sedangkan konsumen di China itu sendiri (62%) lebih memilih untuk menggunakan digital wallets dalam pembayaran online, melebihi konsumen di Hong Kong (14%) dan Taiwan (29%).

Sementara itu, MasterCard Safety and Security Index juga memperkuat fakta bahwa bank senantiasa memainkan peran penting dalam menjamin keamanan pembayaran bagi konsumen di Asia Tenggara. 

Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kepercayaan konsumen kepada bank serta kepercayaan konsumen bahwa bank dapat membantu mereka untuk mengatasi isu-isu yang muncul terkait dengan keamanan transaksi pembayaran. 

Bank seringkali menjadi garis perlindungan terdepan dan solusi bagi korban penipuan transaksi online. Hampir setengah dari seluruh konsumen di Asia Tenggara yang pernah mengalami kejahatan terkait dengan penggunaan ATM langsung mendatangi bank penerbit kartu mereka sebagai langkah pertama untuk meminta saran.

"Fakta bahwa mayoritas pemegang kartu memiliki hubungan baik dengan bank, juga memiliki korelasi yang mendalam terhadap sentimen mengenai siapa yang paling bisa mereka percaya untuk menjamin keamanan saat melakukan pembayaran elektronik," ujar Ari Sarker Co-President MasterCard Asia Pacific.

"Hal ini tercermin dari hasil penelitian dari para konsumen di kawasan Asia Tenggara dan Greater China. Bagaimanapun, khususnya di Singapura, selain bank, konsumen juga menaruh kepercayaan yang besar pada pemerintah yang telah memberikan sebuah aturan negara yang kuat serta reputasi secara keseluruhan yang baik terkait dengan keamanan pembayaran," tambahnya, seperti dikutip melalui keterangannya, Minggu (8/11/2015). 

Melalui penelitian tersebut juga dinyatakan bahwa tidak ada satupun responden di Asia Tenggara mempercayai website lokal. Hal ini disebabkan mereka masih menganggap bahwa pelaku bisnis e-commerce lokal masih harus melakukan banyak perbaikan untuk menjamin bahwa standar keamanan pembayaran yang digunakan telah memenuhi ketentuan internasional dan membangun kepercayaan konsumen saat bertransaksi online.

Di Greater China, terlepas dari bank dan pemerintah, pelaku bisnis atau pedagang juga dianggap memiliki tanggung jawab dalam menjamin keamanan transaksi pembayaran, dimana 28% konsumen dalam kawasan tersebut akan menemui pedagang sebagai usaha pertama mereka dalam mencari solusi pembayaran yang aman. Selain itu, pedagang dalam kawasan ini juga membantu menyelesaikan 40% dari permasalahan transaksi pembayaran online.



Bekerjasama Untuk Memerangi Penipuan

Berbagai hasil penelitian MasterCard Safety and Security Index telah dibahas dalam konferensi MasterCard Global Risk Leadership di Singapura pada tanggal 26 dan 27 Agustus 2015. 

Perhelatan konferensi yang ke-20 ini mempertemukan para pemimpin di bidang resiko pembayaran global untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam melawan penipuan dan penyalahgunaan kartu pembayaran secara bersama-sama sebagai sebuah industri.

"Konferensi tersebut menggambarkan komitmen MasterCard untuk terus membantu para mitra bisnis dan pelanggan untuk memerangi penipuan tersebut dengan menggunakan perangkat, proses, dan teknologi terbaru sehingga tidak ada satupun kelemahan dalam ekosistem pembayaran. Mari bersama-sama memerangi penipuan dan membangun lingkungan transaksi yang aman untuk semua orang dengan menjalin kedekatan dan berbagi pengalaman terbaik," ujar Sarker.

Dengan kejahatan cyber sebagai agenda utama, konferensi tersebut mengeksplorasi berbagai cara untuk mengurangi kejahatan global dengan diskusi mengenai konvergensi digital dan inovasi pembayaran, evolusi otentikasi dan teknologi biometric, pentingnya keamanan informasi dalam melindungi jaringan internal, privasi data, hingga kemitraan dengan penegak hukum. Konferensi Global Risk Leadership tahun lalu juga telah diselenggarakan pada Agustus 2014 di Malaysia.

Popular Posts